Rabu, 24 Agustus 2016

*ANAKKU YANG RANGKING KE-23*

Di kelasnya ada 25: orang murid, setiap kenaikan kelas, anak perempuanku selalu mendapat ranking ke-23.
Lambat laun ia dijuluki dengan panggilan nomor ini. Sebagai orangtua, kami merasa panggilan ini kurang enak didengar, namun anehnya anak kami tidak merasa keberatan dengan panggilan ini.
Pada sebuah acara keluarga besar, kami berkumpul bersama di sebuah restoran. Topik pembicaraan semua orang adalah tentang jagoan mereka masing-masing.
Anak-anak ditanya apa cita-cita mereka kalau sudah besar? Ada yang menjawab jadi dokter, pilot, arsitek bahkan presiden. Semua orangpun bertepuk tangan.
Anak perempuan kami terlihat sangat sibuk membantu anak kecil lainnya makan. Semua orang mendadak teringat kalau hanya dia yang belum mengutarakan cita-citanya.
Didesak orang banyak, akhirnya dia menjawab:
"Saat aku dewasa, cita-citaku yang pertama adalah menjadi seorang guru TK, memandu anak-anak menyanyi, menari lalu bermain-main".
Demi menunjukkan kesopanan, semua orang tetap memberikan pujian, kemudian menanyakan apa cita-citanya yang kedua. Diapun menjawab :
"Saya ingin menjadi seorang ibu, mengenakan kain celemek bergambar Doraemon dan memasak di dapur, kemudian membacakan cerita untuk anak-anakku dan membawa mereka ke teras rumah untuk melihat bintang".
Semua sanak keluarga saling pandang tanpa tahu harus berkata apa. Raut muka suamiku menjadi canggung sekali.
Sepulangnya kami kembali ke rumah, suamiku mengeluhkan ke padaku, apakah aku akan membiarkan anak perempuan kami kelak hanya menjadi seorang guru TK?
Anak kami sangat penurut, dia tidak lagi membaca komik, tidak lagi membuat origami, tidak lagi banyak bermain.
Bagai seekor burung kecil yang kelelahan, dia ikut les belajar sambung menyambung, buku pelajaran dan buku latihan dikerjakan terus tanpa henti.
Sampai akhirnya tubuh kecilnya tidak bisa bertahan lagi terserang flu berat dan radang paru-paru. Akan tetapi hasil ujian semesternya membuat kami tidak tahu mau tertawa atau menangis, tetap saja rangking 23.
Kami memang sangat sayang pada anak kami ini, namun kami sungguh tidak memahami akan nilai sekolahnya.
Pada suatu minggu, teman-teman sekantor mengajak pergi rekreasi bersama. Semua orang membawa serta keluarga mereka.
Sepanjang perjalanan penuh dengan tawa, ada anak yang bernyanyi, ada juga yang memperagakan kebolehannya.
Anak kami tidak punya keahlian khusus, hanya terus bertepuk tangan dengan sangat gembira.
Dia sering kali lari ke belakang untuk mengawasi bahan makanan.
Merapikan kembali kotak makanan yang terlihat sedikit miring, mengetatkan tutup botol yang longgar atau mengelap wadah sayuran yang meluap ke luar. Dia sibuk sekali bagaikan seorang pengurus rumah tangga cilik.
Ketika makan, ada satu kejadian tak terduga. Dua orang anak lelaki teman kami, satunya si jenius matematika, satunya lagi ahli bahasa Inggris berebut sebuah kue.
Tiada seorang pun yang mau melepaskannya, juga tidak mau saling membaginya. Para orang tua membujuk mereka, namun tak berhasil.
Terakhir anak kamilah yang berhasil melerainya dengan merayu mereka untuk berdamai.
Ketika pulang, jalanan macet. Anak-anak mulai terlihat gelisah. Anakku membuat guyonan dan terus membuat orang-orang semobil tertawa tanpa henti.
Tangannya juga tidak pernah berhenti, dia mengguntingkan berbagai bentuk binatang kecil dari kotak bekas tempat makanan.
Sampai ketika turun dari mobil bus, setiap orang mendapatkan guntingan kertas hewan shio-nya masing-masing. Mereka terlihat begitu gembira.
Selepas ujian semester, aku menerima telpon dari wali kelas anakku. Pertama-tama mendapatkan kabar kalau rangking sekolah anakku tetap 23.
Namun dia mengatakan ada satu hal aneh yang terjadi. Hal yang pertama kali ditemukannya selama lebih dari 30 tahun mengajar. Dalam ujian bahasa ada sebuah soal tambahan, yaitu SIAPA TEMAN SEKELAS YANG PALING KAMU KAGUMI & APA ALASANNYA.
Semua teman sekelasnya menuliskan nama : ANAKKU!
Mereka bilang karena anakku sangat senang membantu orang, selalu memberi semangat, selalu menghibur, selalu enak diajak berteman, dan banyak lagi.
Si wali kelas memberi pujian: "Anak ibu ini kalau bertingkah laku terhadap orang, benar-benar nomor satu".
Saya bercanda pada anakku, "Suatu saat kamu akan jadi pahlawan".
Anakku yang sedang merajut selendang leher tiba-tiba menjawab :
"Bu guru pernah mengatakan sebuah pepatah, ketika pahlawan lewat, harus ada orang yang bertepuk tangan di tepi jalan."
.
*"IBU... AKU TIDAK MAU JADI PAHLAWAN... AKU MAU JADI ORANG YANG BERTEPUK TANGAN DI TEPI JALAN"*
Aku terkejut mendengarnya. Dalam hatiku pun terasa hangat seketika. Seketika hatiku tergugah oleh anak perempuanku.
Di dunia ini banyak orang yang bercita-cita ingin menjadi seorang pahlawan. Namun Anakku memilih untuk menjadi orang yang tidak terlihat. Seperti akar sebuah tanaman, tidak terlihat, tapi ialah yang mengokohkan.
Jika ia bisa sehat, jika ia bisa hidup dengan bahagia, jika tidak ada rasa bersalah dalam hatinya, *MENGAPA ANAK-ANAK KITA TIDAK BOLEH MENJADI SEORANG BIASA YANG BERHATI BAIK & JUJUR…*
Yukk...sayangi anak kita.

*Kisah ini untuk seluruh orangtua hebat dan para guru dahsyat dimanapun berada*

Terimakasih karena ANDA yang tanpa lelah telah membimbing anak-anak kami menjadi HEBAT!!!

(Dari group WA)

Minggu, 21 Agustus 2016

MASIH TERASA MANISNYA

Seorang lelaki tua TERGOLEK LEMAH di rumah sakit.

Seorang pemuda MENUNGGUINYA setiap hari.

Pemuda itu MENYUAPI, MEMANDIKAN, MENGAJAKNYA BER-JALAN2 di taman, dan MENUNTUNNYA kembali untuk berbaring.

Pemuda itu baru PERGI setelah lelaki tua itu benar2 bisa MEMEJAMKAN MATANYA.

Seorang perawat yg TERHARU melihat BUDI BAIK pemuda itu BERKATA kepada lelaki tua itu, "BAHAGIA ya punya ANAK yg BERBAKTI."

Lelaki tua itu menjawab "Saya selalu BER-ANGAN2, andai saja ia adalah ANAK SAYA. SEBENARNYA ia TIDAK ADA HUBUNGAN apapun dengan saya.
Beberapa tahun lalu saya MELIHATNYA MENANGIS setelah KEMATIAN ayahnya.
Saya MENGHIBURNYA setiap hari dan MEMBERIKAN PERMEN untuknya.

Hingga saya TIDAK PERNAH lagi MELIHATNYA.
Hingga suatu hari ia TAHU kalau saya dan istri hanya TINGGAL BERDUA saja, ia pun BERKUNJUNG SETIAP HARI untuk MEMASTIKAN kami BAIK2 saja.

Waktu KONDISI TUBUH saya sudah LEMAH, ia MENGAJAK saya dan istri saya TINGGAL di RUMAHNYA.

Dia juga yg MEMBAWA saya ke RUMAH SAKIT ini untuk BEROBAT.

Saya pun pernah BERTANYA padanya, "Nak, MENGAPA engkau MENYUSAHKAN DIRI untuk MENGURUS kami?"

Sambil TERSENYUM anak itu menjawab, "KARENA MANISNYA PERMEN MASIH TERASA di MULUT SAYA, Pak!"

MELAKUKAN SESUATU yg BAIK, BEKERJA dengan BAIK, MELAKUKAN KEBAIKAN kepada seseorang, untuk ALASAN apakah kita MELAKUKANNYA?

JUJUR, TIDAK SEDIKIT orang MELAKUKANNYA karena PAMRIH.

MELAKUKAN HAL BAIK karena ingin mendapat PENGHARGAAN atau MENDAPAT BALAS BUDI BAIK dari orang yg pernah DITOLONG.

Alasan klasik, tapi BUKANKAH TIDAK SEDIKIT orang MELAKUKANNYA?

Namun, FIRMAN TUHAN MENGAJAR kita untuk MELAKUKAN KEBAIKAN tanpa PAMRIH, MENOLONG TANPA berpikir BALAS BUDI.

Itu sebabnya TUHAN MENGHENDAKI kita untuk tidak jemu BERBUAT BAIK, selagi ada KESEMPATAN.

"KEBAIKAN yg kita LAKUKAN BAK BENIH yg kita TABURKAN, yg mana suatu saat kita pasti MENUAINYA."

"Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita menjadi lemah." (Gal.6:9)

(Dari group WA)

Selasa, 16 Agustus 2016

*W A K T U*

Kalau di masa lalu kita belajar WAKTU adalah UANG,
Mulai saat ini kita  belajar
"WAKTU  adalah  NAFAS ".
"WAKTU  adàlah IBADAH".

Waktu adalah nafas yang setelah terlewat tidak akan bisa kembali…

WAKTU adalah ibadah karena  setiap detik harus bernilai ibadah. Apa pun aktivitasnya.

Manusia sesungguhnya hanya pengendara di atas punggung usianya.

Digulung hari demi hari, bulan & tahun tanpa terasa.

Nafas kita terus berjalan seiring jalannya Waktu, setia menuntun kita ke pintu kematian.

Sesungguhnya DUNIA lah yang makin kita JAUHI & LIANG KUBUR lah yang makin kita DEKATI.

1 hari berlalu, berarti 1 hari pula berkurang usia kita.

Umur kita yg tersisa di hari ini sungguh tak ternilai harganya,

Sebab esok hari belum tentu jadi bagian dari diri kita.

Karena itu, "Jangan biarkan HARI INI  berlalu tanpa KEBAIKAN yang bisa kita LAKUKAN,"

JANGAN tertipu dengan USIA MUDA, krn SYARAT utk MATI tidaklah harus TUA.

*JANGAN terperdaya dgn badan sehat, krn SYARAT  MATI tidak pula harus SAKIT.*

TERUSLAH
Berbuat baik…
Berkata baik…

WALAU tak banyak orang yg mengenali kebaikan kita, tp KEBAIKAN yg kita lakukan adalah KEBAHAGIAAN dimana perbuatan BAIK kita akan terus dikenang oleh mereka yg kelak kita tinggalkan.

*Jadilah seperti AKAR yg TIDAK TERLIHAT, tapi tetap MENYOKONG KEHIDUPAN;*

*Jadilah seperti JANTUNG yg TIDAK TERLIHAT, tapi terus *BERDENYUT setiap saat TANPA HENTI;*
Hingga membuat kita *TERUS HIDUP, sampai BATAS WAKTUNYA utk BERHENTI*

Semoga hari ini lebih baik dari hari kemarin.... Aamiin

(NN dari group WA)