Jumat, 30 September 2016

*Filosofi gula & Kopi* ☕


Kasus 1
Jika kopi terlalu pahit
Siapa yang salah?

Gula lah yg di salahkan karena terlalu sedikit hingga "rasa" kopi pahit

Kasus 2
Jika kopi terlalu manis
Siapa yg di salahkan?

Gula lagi karena terlalu banyak hingga "Rasa" kopi manis

Kasus 3
Jika takaran kopi & gula balance
Siapa yg di puji...?

Tentu semua akan berkata...
Kopinya mantaaap

Kmn gula yg mempunyai andil
Membuat "rasa" kopi menjadi mantaaap

Mari Ikhlas seperti Gula yg larut tak terlihat tapi sangat bermakna.

Gula PASIR memberi RASA MANIS pada KOPI, tapi orang MENYEBUTnya KOPI MANIS... bukan KOPI GULA...

Gula PASIR memberi RASA MANIS pada TEH, tapi orang MENYEBUTnya TEH MANIS... bukan TEH GULA...

ORANG menyebut ROTI MANIS... bukan ROTI GULA...

ORANG menyebut SYRUP Pandan, Syrup APEL, Syrup JAMBU.... 
padahal BAHAN DASARnya GULA....
Tapi GULA tetap IKHLAS LARUT dalam memberi RASA MANIS...

akan tetapi apabila berhubungan dgn Penyakit, barulah GULA disebut..PENYAKIT GULA

BEGITUlah HIDUP.... Kadang KEBAIKAN yang Kita TANAM tak pernah diSEBUT Orang....
Tapi kesalahan akan dibesar-besarkan...

IKHLASlah seperti GULA...
LARUTlah seperti GULA...

Tetap SEMANGAT memberi KEBAIKAN...!!!!
Tetap SEMANGAT menyebar KEBAIKAN..!!!

Karena KEBAIKAN tidak UNTUK DISEBUT...

tapi untuk DIRASAkan...

(Dari group wa)

Sabtu, 17 September 2016

πŸ‘‰ *TAAT*πŸ™

*Nuh BELUM TAHU,*
banjir akan datang,
ketika ia *MEMBUAT* kapal dan ditertawakan kaumnya.

*Abraham BELUM TAHU,*
akan tersedia Domba,
ketika Pisau *nyaris MEMENGGAL* putera kesayangannya.

*Musa BELUM TAHU*,
Laut akan terbelah,
saat dia *MEMUKULKAN* tongkatnya.

*Yang Mereka TAHU* adalah bahwa Mereka *Harus TAAT* pada *PERINTAH Tuhan*, tanpa berhenti *BERHARAP yang TERBAIK*

Ternyata dibalik *KETIDAKTAHUAN* kita,
TUHAN telah *MENYIAPKAN* Kejutan.

*BIASANYA* Tangan-Tangan TUHAN Bekerja *didetik-detik terakhir* Usaha Hamba-Nya yg *TAAT.*

*KALAUPUN* Hasil Yang kita Usahakan *Jauh dari Harapan* bahkan *Menyakitkan,*
kita tidak perlu berkecil hati,
Karena kadang *TUHAN mencintai* kita dengan *cara-cara yang kita tidak suka.*

Tuhan *MEMBERIKAN* apa yg kita *BUTUHKAN*, bukan apa yg kita *INGINKAN*.

Mari kita *LAKUKAN* bagian kita, dan
Tuhan akan *MENGERJAKAN* bagianNya.

πŸ‘‡Kiranya ...
*KEKUATAN* Simson
*KEBIJAKAN* Salomo
*KESABARAN* Ayub
*IMAN* Abraham
*HIKMAT* Daniel
*KETULUSAN* Ester
*KEBERANIAN* Daud
*KESALEHAN* Henokh
*KELEMBUTAN* Musa
*KETAATAN* Joshua
*KESETIAAN* Ruth
*SUKACITA* Habakuk

Menjadi *BAGIAN* dari kepribadian kita. *AMIN* πŸ˜ƒ

❤ *GOD LOVES YOU*

(Dari group wa)

Selasa, 13 September 2016

🌿🌾 *I K H L A S* 🌾🌿

Hajar protes.....
Mengapa suaminya meninggalkan dia dan anaknya yang masih kecil di padang pasir tak bertuan.
Seperti jamaknya, dia hanya bisa menduga bahwa ini akibat kecemburuan Sarah, istri pertama suaminya yang belum juga bisa memberi putra.

Hajar mengejar Ibrahim, suaminya, dan berteriak: "Mengapa engkau tega meninggalkan kami di sini? Bagaimana kami bisa bertahan hidup?"

Ibrahim terus melangkah meninggalkan keduanya, tanpa menoleh, tanpa memperlihatkan air matanya yang meleleh.
Remuk redam perasaannya terjepit antara pengabdian dan pembiaran...

Hajar masih terus mengejar sambil menggendong Ismail.
Kali ini dia setengah menjerit, dan jeritannya menembus langit, "Apakah ini perintah Tuhanmu?"

Kali ini Ibrahim, sang Khalilullah, berhenti melangkah.
Dunia seolah berhenti berputar. Malaikat yang menyaksikan peristiwa itu pun turut terdiam menanti jawaban Ibrahim.
Butir pasir seolah terpaku kaku.
Angin seolah berhenti mendesah.
Pertanyaan, atau lebih tepatnya gugatan Hajar membuat semua terkesiap...

Ibrahim membalik tubuhnya, dan berkata tegas, "Iya!".

Hajar berhenti mengejar. dia terdiam...
Lantas meluncurlah kata-kata dari bibirnya, yang mengagetkan semuanya... Malaikat, butir pasir dan angin.  "Jikalau ini perintah dari Tuhanmu, pergilah... tinggalkan kami di sini. Jangan khawatir. Tuhan akan menjaga kami."

Ibrahim pun beranjak pergi.
Dilema itu punah sudah.
Ini sebuah pengabdian, atas nama perintah, bukan sebuah pembiaran.
Peristiwa Hajar dan Ibrahim ini adalah romantisme keberkahan.

Itulah *IKHLAS*..... 🌿🌹

*Ikhlas* adalah wujud sebuah keyakinan mutlak pada Sang Maha Mutlak.
*Ikhlas* adalah kepasrahan, bukan  mengalah apalagi menyerah kalah.
*Ikhlas* itu adalah engkau sanggup berlari melawan dan mengejar, namun engkau memilh patuh dan tunduk.
*Ikhlas* adalah sebuah kekuatan menundukkan diri sendiri dan semua yang engkau cintai.
*Ikhlas* adalah memilih jalanNya, bukan karena engkau terpojok tak punya jalan lain.
*Ikhlas* bukan lari dari kenyataan.
*Ikhlas* bukan karena terpaksa.
*Ikhlas* bukan merasionalisasi tindakan, bukan mengkalkulasi hasil akhir.
*Ikhlas* tak pernah berhitung.
*Ikhlas* tak pernah pula menepuk dada.
*Ikhlas* itu tangga menujuNya.
*Ikhlas* itu mendengar perintahNya dan menaatiNya.
*Ikhlas* adalah ikhlas... Titik.

"Belum cukupkah engkau memahami apa itu ikhlas dari diamnya Hajar  dan perginya Ibrahim?"

Dan aku, kamu, serta kita....semuanya tertunduk pasrah bersama Malaikat, butir pasir dan angin.

*meng-Hajar-kan pertanyaan, meng-Ibrahim-kan jawaban*

*SELAMAT IDUL ADHA  1437 H....*

🌿🌹🌿🌹🌿🌹🌿🌹🌿🌹🌿

(Dari group wa)

Kamis, 08 September 2016

BERDOA DENGAN CARA ALLAH

Ajari aku, TUHAN ...
Aku ingin tahu, cara yang benar untuk berdoa.

Bila aku perlu menggunakan kata-kata,
Kata apa yang harus kupakai?
Beritahukan kepadaku, apa yang harus kukatakan.

Aku menundukkan kepala,
Aku berlutut ... haruskan juga bersikap tegak?

Aku menutup mataku,
Kuangkat tanganku, atau ... haruskan aku mengatupkannya saja?

Apakah aku harus berdiri? Atau duduk saja?
Allahku ... posisi mana yang Kau sukai?

Apakah sebaiknya lampu menyala atau dimatikan?
Mungkin ... lebih baik dengan terang lilin saja?
Perlukah kupakai kacamataku atau tidak?
Ada di kursi saja atau di depan meja?
Haruskah aku berbisik atau berdoa dengan suara lantang?

Haruskah aku mengutip Kitab Suci? 
Kapan waktu yang Kau sukai? Di waktu fajarkah?

Haruskah aku berdoa dengan cepat-cepat atau perlahan-lahan?
Lebih baik doa yang pendek ... atau yang panjang?

Aku baru saja belajar berdoa, apa saja aturannya?
Aku ingin berdoa dengan benar.

Bagaimana aku tahu bahwa Kau akan mendengarkannya?
Bahwa doaku sudah benar?

Dan sementara aku duduk diam,
menunggu tanda-tanda,
Aku mendengar suara lembut yang berkata:

"Anak-Ku yang kekasih ...
Apakah kau pikir Aku begitu peduli tentang waktu, 
atau tentang posisimu ketika berdoa, berdiri atau berlutut?"

"Aku tak peduli tentang posisi tubuhmu atau tempat yang kaupilih;
Bukalah hatimu kepada-Ku,
Aku tak punya aturan lainnya.

Katakan pada-Ku apa yang ada dalam hatimu,
dan katakan pada-Ku apa yang kaucari,
Ceritakan tentang kepedihanmu
dan hal-hal lain yang membuatmu merasa lemah."

"Bicaralah pada-Ku secara pribadi
tentang apa yang paling penting bagimu;
Aku tahu tentang perbuatan-perbuatan baikmu ...
tak perlu, engkau menyombongkannya.

Anak-Ku, engkau tak perlu pelajaran-pelajaran,
Bicaralah saja pada-Ku setiap hari,
katakan pada-Ku apapun yang kauinginkan,
Sayang-Ku, Siapapun dapat berdoa."

(Anonim, dari group wa)

KAMI TIDAK AKAN MENYEMBAH & MELAYANI TUHANMU


Pada saat pemakaman ayahnya, yang adalah seorang gembala sidang di sebuah gereja besar, anak perempuannya (yang adalah seorang pekerja seks komersial), memperhatikan dan mendengarkan anggota-anggota gereja melukiskan semua perbuatan-perbuatan dahsyat yang telah dilakukan oleh almarhum pada gerejanya yang memiliki 10.000 anggota itu. Selama hidupnya sang hamba Tuhan juga memiliki pelayanan luas melalui televisi.
Mereka bicara tentang kepeduliannya, kasihnya, kemurahan hatinya, tanda-tanda & mujizat yang terjadi dalam pelayanannya, serta kelembutannya sewaktu ia masih hidup.

Namun setelah upacara pemakaman berakhir, anak perempuan hamba Tuhan itu bertanya kepada saudarinya dan ibunya, "Siapakah orang yang dibicarakan oleh orang-orang di pemakaman tadi? Apakah ia pria yang sama yang membesarkan kita? Mereka semua pasti berdusta!" Semua anak-anaknya, termasuk Jack (seorang pecandu narkoba) pun setuju bahwa semua orang itu telah bicara dusta.

Namun ibunya menjawab, "Mereka tidak sedang bicara dusta. Ayahmu memang seorang hamba Tuhan yang baik, namun ia adalah seorang suami dan ayah yang buruk. Ia merawat dan mengembangkan gereja namun ia meninggalkan keluarganya tak terurus. Api ada dalam tulang-tulangnya untuk bekerja bagi Tuhan, namun cinta, rasa sayang, dan keintiman, tidak pernah ada dalam pikirannya buat keluarganya. Saya adalah istrinya, namun gereja adalah gundiknya. Ia mencintai gundiknya dan mengabaikan istrinya. Ia memenangkan gereja, namun kehilangan keluarganya. Betapa memalukan!"

Di kemudian hari, anak-anak meletakkan pusara di makam ayahnya, dengan tulisan seperti ini :
"Ayah, engkau menggembalakan dan merawat mereka, namun mengabaikan kami.
Ayah, engkau banyak sekali menyelenggarakan KKR, namun keluargamu tidak pernah dibangunkan.
Ayah, engkau mengkonseling mereka, namun kami hidup tanpa bimbingan.
Ayah, engkau seorang gembala, namun hidup tanpa sebuah padang rumput, engkau menunjukkan kasih kepada mereka namun kami hidup di padang gurun tanpa kasih sayang.
Ayah, engkau adalah seorang gembala, konselor, yang sukses, namun engkau benar-benar gagal total sebagai suami dan ayah.
Ayah, kami hampir tidak tahu bahwa engkau sudah mati karena engkau memang tidak pernah ada bagi kami.
Inilah hal yang kami janjikan kepadamu : Kami tidak akan pernah menyembah dan melayani Tuhanmu!"

(Dari group wa)

Senin, 05 September 2016

Gadis Dengan Mawar di Kerah Baju

John Blanford berdiri tegak di sisi bangku di Stasiun Kereta Api sambil melihat ke arah jarum jam, pukul 6 kurang 6 menit. John sedang menunggu seorang gadis yang dekat di hatinya, tetapi dia tidak mengenal wajahnya. Seorang gadis dengan mawar di kerah baju.

Lebih dari setahun yang lalu, John membaca buku yang dipinjam dari perpustakaan. Rasa ingin tahunya terpancing saat ia melihat coretan tangan yang halus di buku tersebut. Pemilik terdahulu buku tersebut adalah seorang gadis bernama Hollis Molleoin. Hollis tinggal di New York dan John di Florida. John mencoba menghubungi sang gadis dan mengajaknya untuk saling bersurat. Beberapa hari kemudian, John dikirim ke medan perang, Perang Dunia II. Mereka terus saling menyurati selama hampir 1 tahun. Setiap surat seperti layaknya bibit yang jatuh di tanah yang subur dalam hati masing-masing dan menumbuhkan jalinan cinta di antara mereka.

John berkali-kali meminta agar Hollis mengiriminya sebuah foto. Akan tetapi sang gadis selalu menolak, kata sang gadis, "Kalau perasaan cintamu tulus, John. Bagaimanapun paras saya tidak akan mengubah perasaan itu. Kalau saya cantik, selama hidup saya akan bertanya tanya apakah mugkin perasaanmu itu hanya dikarenakan kecantikan saya saja. Kalau saya biasa-biasa atau cenderung jelek, saya takut kamu akan terus menulis hanya karena kamu merasa kesepian dan tidak ada orang lain lagi tempat kamu mengadu. Jadi, sebaiknya kamu tidak usah mengetahui paras saya. Sekembalinya kamu ke New York, kita akan bertemu muka. Pada saat itu, kita akan bebas menentukan apa yang akan kita lakukan."

Mereka berdua membuat janji untuk bertemu di Stasiun Pusat di New York pada pukul 6 sore setelah perang usai. "Kamu akan mengenali saya, John. Karena saya akan mengenakan baju berwarna hijau dan menyematkan setangkai bunga mawar merah pada kerah baju. " Kata Hollils.

Pukul 6 kurang 1 menit, sang perwira muda semakin gelisah. Tiba-tiba, jantungnya serasa hampir copot, dilihatnya seorang gadis yang sangat cantik berbaju hijau lewat di depannya, tubuhnya langsing, rambutnya pirang bergelombang, matanya biru seperti langit, luar biasa cantiknya. Sang perwira mulai menyusul sang gadis, dia bahkan tidak menghiraukan kenyataan bahwa sang gadis tidak mengenakan bunga sperti yang telah disepakati. Hanya tinggal 1 langkah lagi ketika John melihat seorang wanita berusia 40 tahun mengenakan sekuntum mawar merah di kerahnya. "O… itu Hollis!!!"

Rambutnya sudah mulai beruban dan agak gemuk. Gadis berbaju hijau hampir menghilang. Perasaan sang perwira mulai terasa terbagi dua, ia ingin berlari mengejar sang gadis cantik. Di sisi lain, ia tidak ingin menghkhianati Hollis yang lembut dan telah menemaninya selama masa perang. Tanpa berpikir panjang, John berjalan menghampiri wanita yang berusia setengah baya itu dan menyapanya. "Nama saya John Blanford, Anda tentu saja Nona Hollis. Bahagia sekali bisa bertemu dengan Anda. Maukah Anda makan malam bersama saya?"

Sang wanita tersenyum ramah dan berkata, "Anak muda, saya tidak tahu apa arti semua ini. Tetapi seorang gadis berbaju hijau yang baru saja lewat memaksa saya untuk mengenakan bunga mawar ini dan dia mengatakan kalau Anda mengajak saya makan, maka saya diminta untuk memberitahu Anda bahwa dia menunggu Anda di restoran di ujung jalan ini. Katanya semua ini hanya untuk menguji Anda."
RENUNGAN:
Kita tidak bisa benar-benar yakin akan suatu hal, sebelum hal itu diuji. Seperti halnya ketika kita harus melewati ujian agar bisa dnyatakan menguasai suatu ilmu. Obat akan diuji sebelum diakui dan dipergunakan. Demikian juga dengan perasaan cinta.
Suatu relasi mencapai kesejatiannya setelah mengalami berbagai ujian. Termasuk ujian kesetiaan. Apakah kita cukup setia dengan pilihan kita atau dengan mudah berpaling kepada yang lain?

(Dari group w.a.)

Minggu, 04 September 2016

Nilai Sebuah Baju Bekas

-- "Sama sama manusia, entah hitam putih tinggi pendek, namun yang membedakan nilainya adalah kesungguhannya dalam berusaha."--

Dia berkulit hitam, lahir di daerah kumuh Brooklyn, New York, ia melewati kehidupannya dlm lingkungan miskin dan penuh diskriminasi.

Suatu hari ayahnya memberikan sehelai pakaian bekas kepadanya,
"Menurutmu, brp nilai pakaian ini?"

Ia menjawab, "Mungkin USD 1."

"Bisakah dijual seharga USD 2?
Jika berhasil, berarti engkau telah membantu ayah dan ibumu."

"Saya akan mencobanya."

Lalu dia membawa pakaian itu ke stasiun kereta bawah tanah dan menjual selama lebih dari enam jam, akhirnya ia berhasil menjual USD 2 dan berlari pulang.

Kemudian, ayahnya kembali menyerahkan sepotong pakaian bekas kpdnya,
"Coba engkau menjual seharga USD 20?"

"Bagaimana mungkin?
Pakaian ini paling hanya USD 2."

Ayahnya berkata, "Mengapa engkau tdk mencobanya dulu?"

Akhirnya, ia mendapatkan ide. Ia meminta bantuan sepupunya untuk menggambarkan seekor Donald Duck yang lucu dan seekor Mickey Mouse yang nakal pada pakaian itu. Ia lalu menjualnya di sekolah anak orang kaya, dan laku USD 25.

Ayahnya kembali memberikan selembar pakaian bekas kepadanya,
"Apakah engkau mampu menjualnya dgn harga USD 200?"

Kali ini ia menerima tanpa keraguan sedikit pun, kebetulan aktris film populer "Charlie Angels", Farrah Fawcett berada di New York, sehabis konferensi pers, ia pun menerobos penjagaan pihak keamanan dan meminta Farrah Fawcett membubuhkan tanda tangan di pakaian bekasnya. Kemudian terjual USD 1500.

Malamnya, ayahnya bertanya,
"Anakku, dari pengalaman menjual tiga helai pakaian ini, apa yang engkau pahami?"

Ia menjawab "Selama kita mau berpikir pasti ada caranya."

Ayahnya menggelengkan kepala,
"Engkau tdk salah!
Tapi bukan itu maksud ayah, ayah hanya ingin memberitahukanmu bahwa sehelai pakaian bekas yang bernilai satu dolar juga bisa ditingkatkan nilainya.
Apalagi kita sebagai manusia?
Mungkin kita berkulit gelap dan miskin, tapi apa bedanya?"

Sejak itu, ia belajar dengan lebih giat dan menjalani latihan lebih keras, dua puluh tahun kemudian, namanya terkenal di seluruh dunia.

Ia adalah MICHAEL JORDAN!

(Dari group WA)